Memories chapter 1


Ini adalah sebuah ingatan masa lalu yang sudah lama ingin kulupakan namun tak bisa. Sesuatu yang begitu sangat berarti namun juga kubenci. Ingatan dimana aku terpuruk sangat jauh hingga hampir tak bisa bangkit lagi. Sebagian orang atau mungkin semua orang yang kukenal menganggap aku sudah gila waktu itu. Banyak yang membicarakan tentang perilaku aneh dan tak wajar yang kulakukan. Meskipun aku sendiri juga mengetahui hal itu. Aku tetap melakukannya tanpa mempedulikan orang lain berkata apa???

Waktu itu setelah pulang dari sekolah aku dan J(Seorang spesial yang orang-orang sebut sebagai pacarku) pergi bersama ke tempat indah yang biasa kami datangi untuk melepas penat pelajaran membingungkan. Berboncengan menaiki motor matic hitam milik J ke tempat tujuan. Dengan rindangnya pepohonan cemara, rumput hijau kering sebagai alas, dentuman suara ombak sebagai musik alam, dan semilir angin pantai yang menyejukkan cukup untuk menyegarkan kembali pikiran.

Itu adalah sebuah pantai yang sangat spesial buat kami. Tak banyak orang yang berkunjung disana saat siang hari. Hanya ada kita berdua dan lalu lalang kapal nelayan di tengah laut yang terlihat sangat kecil di mata. Kuletakkan tas berat yang dari tadi membebani punggung di atas rumput kering. Aku terlentang tiduran di bawah pepohonan. Tidur siang di pangkuannya adalah salah satu hal kesukaanku. Terkadang kami juga tidur bersama diatas rumput dan dibawah rindangnya pohon cemara kecil. Kami saling melihat satu sama lain dan tanpa ada alasan yang jelas saling tertawa satu sama lain. Saat itulah suntikan hormon kebahagiaan mengalir ke seluruh tubuhku. Memperbarui sel-sel yang rusak dan mati menjadi baru, membuatnya terprogram bahwa hanya J yang bisa melakukan semua itu. Bagi sebagian orang mungkin itu suatu hal yang terdengar bodoh. Tapi, tidak buatku dan mungkin juga bagi orang-orang yang sedang merasakan jatuh cinta.

Bercanda dan merayunya hingga tersenyum juga sesuatu yang sangat kusukai. Entah kenapa saat dia tersenyum semua beban di pikiranku perlahan-lahan menipis terkikis senyuman kecil indah miliknya. Wajah cantik dengan hidung mungil adalah ciri khas dari J yang tidak dimiliki perempuan lain. Meskipun harus kuakui bahwa ada banyak perempuan lain yang lebih cantik daripada J. Tapi, rasa yang begitu bergejolak dan membahagiakan saat bersamanya tak bisa dibandingkan dengan perempuan cantik manapun, bahkan jika aku mempunyai pacar perempuan tercantik di dunia ini tak akan mungkin bisa menandingi rasa yang disebut cinta kepada J.

Dua jam waktu maksimal kami tiduran dan bercanda di pantai. Karena pada jam 4 sore para pengunjung pantai berdatangan. Aku tak suka keramaian namun tidak dengan J yang beranggapan lebih rame lebih seru. Tas kuambil lagi dan kupakai. Motor aku nyalakan suara mesin berdengung terdengar tanda mesin sudah panas dan siap untuk digunakan berkendara. J naik perlahan di belakangku. Orang yang baru datang dan melihatku tertawa terus memperhatikanku sampai menjauh. Entah apa maksudnya memperhatikanku???

Apakah dia mengenalku atau tidak. Tapi, aku yakin yang dilihatnya saat itu adalah J bukan aku. Mungkin orang itu juga menyukainya. Rasa yang mengganjal di dalam hati yang orang-orang sebut sebagai perasaan cemburu muncul di hatiku.

Aku mulai bertanya pada diri sendiri.

Apakah aku merasakan cemburu???

Lalu kenapa aku cemburu???

Apakah aku terlalu sensitif dengan tatapan orang lain yang belum tentu menyukai J???

Seharusnya aku juga tau diri bahwa aku bukanlah pacar J. Dia sudah punya pacar, bahkan pacarnya adalah tetanggaku. Sangat dekat bahkan.... Hanya berselisih 4 rumah dari tempat tinggalku.

Mungkin seharusnya akulah yang pantas untuk dicemburui. Namun aku ingat perkataan J bahwa dia sudah putus dengan pacarnya yang lalu karena ketauan selingkuh. Ingatan itu membuat diri ini kuat kembali bahwa aku memang pantas merasakan rasa cemburu ini.

Tapi, itu mungkin akan menjadi alasan cemburu yang sangat konyol hanya karena mengira orang lain menyukai J. Aku juga tau masih ada beberapa orang yang menyukai J. Namun semua itu tidak masalah buatku karena aku yakin J akan setia padaku.

Sesampainya di depan rumahku, aku turun. J berpamitan pulang, aku hanya melihatnya berdoa semoga dalam perjalanan dia baik-baik saja. Rumahku dan rumahnya Memeng cukup jauh. Mungkin sekitar 2-3km jaraknya dari rumahku.

Di rumah aku adalah orang yang paling diam diantara saudara dan keluarga. Tak banyak berucap banyak, hanya bicara saat itu memang diperlukan dan menjawab pertanyaan jika ada.

Masuk ke dalam rumah langsung menuju ke kamar yang bahkan tak mempunyai sebuah pintu. Dulunya kamar yang kutempati tidaklah sekekurangan dan terbuka seperti ini. Mungkin karena kakak perempuanku protes kepada bapak karena kamarnya lebih buruk dari kamarku sehingga dengan terpaksa aku bertukar tempat dengan kakak perempuanku.

Meskipun begitu dengan sedikit renovasi yang diperlukan kamar yang tadinya terlihat feminim sekarang menjadi berwarna. Warna kegelapan, aku menyukai warna gelap mungkin karena hanya di dalam kegelapan aku merasakan ketenangan yang benar-benar sunyi seperti malam hari.

Setelah semua atribut sekolah terlepas dari tubuh aku mulai menyegarkan tubuh. Mandi di sore hari setelah semua kegiatan yang membosankan dan menyenangkan.

Apartemen yang begitu sunyi lebih dari kegelapan yang aku sukai dulu. Hanya gemerlap lampu kota yang terlihat di balik jendela kaca. Sengaja aku tak menyalakan lampu untuk menutupi kesedihanku.

Aku hanya memandang gelapnya malam di balik kaca apartemen. Hanya duduk merenung tanpa tujuan. Aku bukanlah orang yang kaya akan harta hingga bisa tinggal di apartemen mewah. Aku sengaja memilih tinggal apartemen mewah bukan karena pamer. Itu kulakukan hanya karena aku berpikir bahwa hidup di apartemen lengkap membuatku tak perlu keluar kemana-mana lagi karena semua yang ku butuhkan untuk hidup sudah ada. Keramaian yang slalu kubenci juga tak terdengar di apartemen beda dengan berada di desa yang selalu saja bertemu dengan seseorang meskipun aku tak menginginkannya.

Dari atas apartemen aku bisa melihat keramaian kota malam. Terkadang juga aku berpikir apakah aku telah menjalani hidup yang benar???

Apakah pilihan yang kubuat ini memang terbaik bagiku????

Tak ada teman yang bisa diajak bicara selain di restoran tempatku bekerja. Aku adalah seorang bartender dari sebuah restoran yang cukup terkenal. Gaji yang kudapat juga cukup untuk bisa membeli sebuah apartemen meskipun membutuhkan waktu 5 tahun. Aku di apartemen dan di tempat kerja sangat berbeda. Aku bahkan tidak tau pasti seperti apa aku yang asli. Aku yang mana yang berpura-pura dan aku yang mana......aku yang mana???????

Aku benar-benar bingung dengan siapa diriku yang sebenarnya. Lebih dari satu kepribadian yang kugunakan. Semuanya berubah sesuai dengan kondisi yang aku hadapi. Namun semua kepribadian itu akan berubah kembali setelah kembali di apartemen.

Jam menunjukkan pukul dua pagi dini hari, rasa kantuk seperti biasa datang menghampiri. Aku naik dan tidur di atas kasur. Dengan pelan menutup mataku hingga tak sadar lagi bahwa aku sudah tertidur.

Tiiiiiittttt......tittttt.....tittttt.....tttiiiiit..tttiiiiittt.... Suara alarm hp berbunyi.

Kehidupan yang baruku dimulai lagi, kumatikan alarmnya, kutatap langit-langit apartemen yang berwarna putih. Teringat lagi saat aku masih sekolah, bangun pagi-pagi untuk sekolah. Satu-satunya jam dinding yang berada di rumah sudah menunjukkan pukul enam lebih lima puluh lima menit waktu yang sudah siang bagi para pelajar untuk sekolah. Bisa dipastikan kalo bangun pada waktu itu akan terlambat. Tapi, jam yang berada di rumahku memang sengaja dibuat cepat agar aku dan adikku bisa Bagun lebih pagi. Namun aku sudah mengetahui itu, adikku juga mengetahuinya. Jam yang tidak sama dengan waktu yang sudah ditentukan dunia(GMT +7) wib

Komentar