Kukenakan sepatu hitam, bersiap berangkat kerja. Pintu apartemen terbuka. Sepi..... seperti biasanya. Tanpa suara, hanya keheningan di tempat manusia mengurung diri. Berjalan melewati lorong kamar, tepat di depan lift aku menunggu. Kupencet tombol turun yang terpasang di lift. Tak berselang lama pintu lift terbuka. Ada beberapa orang yang sudah duluan berada disana. Aku masuk tanpa kata. Lift mulai turun menuju lantai bawah. Membawa semua orang yang dari tadi terus bertambah saat pintunya terbuka. Banyak orang di dalam yang tak mengenal satu sama lain, tak ada sapaan ataupun obrolan. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Ada yang main Smartphone, merias wajah, membaca sebuah koran, dokumen laporan, berbicara tanpa mengeluarkan suara hingga berulang-ulang(mungkin dia sedang menghafalkan sesuatu), dan mungkin juga ada beberapa dari mereka yang sepertiku. Hanya terdiam tanpa melakukan apa-apa.
Tiba di lantai bawah apartemen, pintu lift terbuka. Aku keluar setelah beberapa orang yang berada di depanku keluar duluan. Berjalan menuju pintu keluar, terkadang sapaan "selamat pagi" akan terdengar bila Satpam yang kukenal bertugas. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman saat dia menyapa.
Perjalanan menuju ke tempat kerja tidak terlalu jauh menurutku. Hanya berselisih 1km dari apartemen saat aku mengeceknya lewat aplikasi maps. Di tempat kerja aku mulai membersihkan peralatan yang digunakan untuk keperluan meracik minuman. Sebelum benar-benar buka pada pukul sembilan tepat. Semuanya harus benar-benar bersih. Sambil mengobrol dengan rekan kerjaku yang imut sebelum benar-benar buka.
Rekan kerja yang bekerja pada bidang yang sama denganku itu bernama Tina. Dia selalu menyapaku setiap hari saat masuk kerja. Seorang perempuan cerewet bertubuh kecil. Meskipun dia lebih tua dariku, aku tetap menganggapnya sebagai anak kecil yang dipekerjakan ilegal. Jika dibandingkan dengan karyawan perempuan lainnya dia adalah karyawan perempuan yang paling cantik. Ditambah dengan tubuhnya yang kecil kelihatan imut sekali.
Mungkin seorang pria yang baru pertama kali menemuinya akan langsung jatuh hati padanya. Dia sangat dekat denganku karena selalu bicara dan bertanya. Aku terpaksa menjawab semua pertanyaan yang dia ajukan hari demi hari tanpa bosan. Karena saat itu diriku yang dingin dan suram tak terlihat digantikan oleh diriku yang ceria.
Di restoran tempat aku bekerja ada sepuluh karyawan, 6 pria dan 4 wanita. Aku mengenal mereka semua dengan baik. Bercanda dan tertawa biasa kami lakukan untuk melepas penat. Cukup ramai memang saat restoran sudah buka. Kami hanya bisa mengobrol dengan bebas saat jam tutup dan sebelum buka.
Banyak sudah minuman yang kuracik hari ini untuk pelanggan. Cukup melelahkan hanya untuk meracik minuman. Salah satu yang kusuka dari bekerja di restoran adalah setiap harinya selalu berubah, tak pernah membuatku bosan apalagi ditambah dengan tingkah Tina yang selalu membuatku tertawa. Meskipun kecil dia selalu memberitahuku layaknya orang dewasa, saat dia lakukan itu aku hanya bisa tertawa dan mendengarkan celotehannya yang belum pasti kumengerti.
Ihsan satu-satunya pramusaji pria yang selalu berada dekat dengan bagian bartender. Saat minuman sudah siap dia selalu menjadi yang pertama untuk mengantarkannya pada pelanggan. Ada maksud tertentu kenapa dia selalu berada di dekat bagian bartender. Dari semua perilaku yang dilakukannya aku bisa mengambil kesimpulan bahwa dia menyukai Tina. Wanita bertubuh kecil dan imut yang selalu berada di dekatku. Dia selalu saja mencoba menarik perhatian Tina dengan kata-kata yang menarik. Aku tak tau kenapa dia bisa melakukannya, semua kata yang keluar dari mulutnya seperti umpan yang segar bagi Tina. Dari lagu yang disukai hingga serangga yang paling dibenci. Semua yang disenangi dan ditakuti Tina kelihatannya Ihsan tau semuanya.
Aku salut pada ihsan yang berjuang keras menarik hati pujaan hatinya. Bahkan dia rela belajar untuk mengetahui semua tentang Tina. Terkadang aku juga iri dengan mereka, hubunganku dengan J tidaklah saling mengetahui sehingga aku tak bisa benar-benar tahu apa yang diinginkan dan dibenci J.
Waktu berlalu, langit berubah warna menjadi oranye. Matahari hanya terlihat seperlima dari bentuk utuhnya. Tiba saatnya aku pulang dari pekerjaan setelah 8 jam bekerja. Melangkah perlahan-lahan sampai di tempat pemberhentian bus. Aku menunggu.... tak berselang waktu kemudian bus datang dari arah samping kananku. Banyak orang yang naik pada saat itu. Karena waktu sore banyak pekerja yang pulang dari pekerjaannya. Berdiri dan berpegangan pada besi di atas kepalaku. Aku berdiri di bagian tengah bus karena tak dapat tempat duduk. Aku melihat keluar jendela kaca bus melalui celah-celah kecil para penumpang lainnya. Sudah banyak yang terlewati.
Pemandangan yang sangat berbeda dengan apa yang bisa kulihat di desa. Masih banyak pepohonan yang berdiri menciptakan bayangan hitam di sore hari. Bersama dengan J aku dan dia saling tersenyum menaiki bus yang penuh. Sesak dan berdempet-dempetan tak bisa kuhindari. Meskipun begitu aku dan dia menikmatinya, kami tersenyum dengan keadaan yang menimpa sore ini.
Rem mendadak yang dilakukan supir bus membuat J hampir jatuh bila aku tak memeluknya dengan erat. Dia tersenyum kecil begitupun aku. Sesuatu yang tak selayaknya di tunjukkan pada tempat umum terpaksa aku lakukan. Banyak dari para penumpang memperhatikan kami. Dengan tatapan dan arti yang berbeda dari masing-masing mereka.
Kami semakin tertawa kecil dan malu saat dilihat para penumpang.
Kutepukkan kedua tanganku hingga berbunyi cukup keras, bus berhenti setelah mendengar tepukanku. Tepukan tangan adalah salah satu caraku untuk berkomunikasi dengan supir bahwa aku mau turun disini. Sang supir mengerti akan kode tepukan tangan itu hingga memperlambat laju bus dan berhenti.
Kami turun dengan kaki kiri terlebih dahulu menginjakkan tanah, tak lupa juga membayar ongkos dua ribu rupiah, cukup murah untuk tempat tujuan yang lumayan jauh. Tempat tujuan kami adalah sebuah toko elektronik. Berbagai barang elektronik banyak dijual disini. Kami memilih tempat itu karena harga barang yang dijual lebih murah daripada toko elektronik lainnya.
Kami mencari sebuah hp dengan dialpad qwerty, serta dilengkapi juga dengan java. Yang membutuhkan hp sebenarnya adalah aku. Tapi, karena kita sering bertukar hp J memilih warna hp yang disukainya. Namun dengan tipe HP yang sudah terlebih dulu aku pilih. Hanya ada tiga pilihan warna. Putih, hitam, dan ungu. J langsung memilih warna ungu, aku tak tau apakah itu memang warna kesukaannya atau bukan. Mungkin saja dia sudah bosan dengan warna hp yang selalu saja hitam dan putih. Karena aku juga tahu rata-rata warna hp itu kalau bukan hitam ya putih. Pilihan warna yang dari zaman dulu dipakai sebagai simbol mistis sampai sekarang di zaman moderen.
Aku baca spesifikasi hp yang tertera di box hpnya, sementara J membaca buku petunjuk dan garansi. Baterai dimasukkan ke dalam HP oleh pegawai toko, dihidupkan untuk yang pertama kalinya. Semuanya terlihat normal. Kucoba dengan tanganku sendiri, kucocokan semua spesifikasi yang tertera dengan hpnya. Semuanya sama dan aku cukup puas dengan itu.
J juga mau mencoba hp yang telah dipilihnya, aku tak tau dengan apa yang dia coba lakukan dengan hpnya. Kulanjutkan untuk membaca semua kertas yang berada di dalam box itu.
Cekrek....
Suara kamera hp yang dipegang puji memotretku diam-diam, meskipun ketauan dengan suara jepretan yang jelas. Aku rebut hp dari ke dua tangannya. Tak mau hp yang dipegang diambil olehku, J semakin memegangnya dengan erat. Kurangkul dan kupeluk dia, kutahan kedua tangannya dengan tangan kananku agar bisa mengambil hp yang dari tadi dipegang erat. Kubuka ke dua tangan yang menutupi hp dan kuambil dengan tangan kiriku.
Aku buka menu kamera dan kulihat ada fotoku membaca buku panduan dengan tampang serius. Aku tertawa dan tak puas dengan foto itu. Ingin ku hapus tapi J terlihat ngambek saat aku mau menghapusnya. Kuurungkan niatku untuk menghapusnya, kuberikan lagi hpnya kepada J. Dia terlihat ceria lagi dan bilang " gitu dong, nggak apa-apa fotonya jelek. Aku tetap suka kok"
Untuk cerita selengkapnya silahkan kunjungi link berikut
Komentar
Posting Komentar