Memories chapter 3

Mendengar itu hati ini terasa luluh, semakin aku mencintainya. Seorang wanita di depanku yang entah apa alasannya terlihat begitu berharga. Tak akan pernah kulepaskan.

Pegawai yang dari tadi melihatku hanya memandang penuh curiga. Aku juga tau sesuatu seperti itu memang aneh bila dilakukan di depan orang. Mungkin dia iri melihat kami, atau mungkin tak tahan dengan kelakuan yang seharusnya tidak kami lakukan di depannya. Aku mengeluarkan lembaran uang berjumlah lima lembar dari dalam dompet, kubayar hp yang sudah dipilih seharga 500ribu itu. Aku tak mau berlama-lama disana, langit juga semakin gelap dan lampu-lampu penerangan jalan sudah menyala menyinari jalanan.

"Heiiii.....A ngapain kamu disini????"

Sesuatu yang tak seperti biasanya terdengar dari belakangku. Itu adalah suara Tina, seorang perempuan dengan tubuh mungil dan juga rekan kerjaku.

Mendengar suara itu aku berubah menjadi sesuatu yang berbeda.

"Aku membeli Smartphone baru" jawabku

"Bukannya Smartphonemu masih bagus???? padahal baru setahun yang lalu kamu beli Smartphone baru???"

"Iya, aku sudah bosan dengan smartphone lamaku"

"Apakah warnanya sama lagi seperti yang dulu????"

" Iya, warna ungu. Warna yang kusukai"

Sebelum menanggapi perkataanku,
Tina mengisi kertas bertuliskan nomor telepon selulernya. Dia membeli pulsa

"Emmmm...ya sudah kalo begitu, apakah kamu mau pulang bareng sama aku??"

"Nggak usah, aku sudah terbiasa pulang sendiri naik bus"

"Baiklah, sampai jumpa lagi besok, hati-hati di jalan yaaa???"

"Yaaa"

Aku meninggalkannya disana yang sedang menunggu SMS konfirmasi pulsa masuk.

Lampu penerangan jalan kulewati satu persatu, terlihat seperti jalan memasuki dunia lain. Aku duduk paling belakang bus. Mataku terasa berat untuk tetap terjaga, pandangan yang berubah-ubah menambah rasa kantuk ini.

"Mas-mas sudah sampai di terminal nih"

Suara seseorang yang kukenal membangunkan dari tidur. Kubuka mataku perlahan, kulihat dia adalah seorang petugas yang bekerja di apartemen tempat tinggalku. Aku mengikutinya turun dari bus dengan kesadaran yang belum penuh. Kupijakkan kedua kaki turun dari bus, mataku terbuka lebar. Sesuatu yang tidak biasa kembali kutemui.

"Keramaian yang kubenci di malam hari"

Namanya kalau tidak salah adalah Roni salah satu petugas kebersihan yang bertugas saat malam hari. Dia mengajakku turun di tempat yang lebih jauh daripada tempat biasanya aku turun yang lebih dekat dari apartemen.

Kurang lebih 1km dari apartemen terdapat street food yang selalu buka saat malam hari. Sebenarnya bukan street food saja yang berada di area itu. Banyak pedagang lainnya yang menjual berbagai pakaian dan mainan, terkadang juga barang elektronik. Mungkin dia sudah menganggapku sebagai temannya karena setiap pulang kerja aku selalu menyapa dia di lorong apartemen.

Dia mengajakku untuk membeli headset. Dia berkata bahwa headsetnya yang lama sudah rusak. Tak ada suara yang terdengar saat ia memakainya. Dia bertanya padaku untuk memberikan rekomendasi headset yang bagus. Aku terpaksa untuk merubah diriku seperti yang diinginkannya. Seorang teman yang pulang dari kantor untuk menemaninya.

Aku bertanya padanya kenapa kau tidak membelinya sendiri???

Dia menjawab dengan rasa agak bersalah"apakah aku menganggumu????

Tidak, aku hanya bertanya saja.

Apakah kau selalu sendiri A??? Tak punyakah kamu seorang pacar mungkin????

Tidak, aku tak biasa bersosialisasi dengan orang lain. Itu terasa aneh bagiku. Apalagi mempunyai seorang pacar itu pasti akan merepotkan.

Tapi, menurutku punya seseorang yang berada di dekatmu akan terasa lebih muda saat menjalani hidup membosankan ini. Aku baru tau bahwa kau adalah orang yang tidak suka bersosialisasi. Padahal dari luar kau terlihat seperti orang yang terbuka dengan sekitar. Selalu tersenyum saat bertemu dengan orang lain. Meskipun tak ada kata terucap. Tapi, semua hal kecil itu bisa membuat orang lain yang melihatnya berpikiran positif terhadapmu. Entah kamu sadari atau tidak, kamu adalah orang yang paling terkenal di antara penghuni apartemen. Semua pegawai disana tau tentang dirimu.

Sebegitu terkenalkah aku???

Yaaa, kau memang cukup terkenal. Apalagi banyak pegawai perempuan disana yang mengagumimu. Itu sudah cukup untuk membuatku iri padamu "kata Roni, seorang yang menganggapku sebagai teman"

Aku yang menganggap bersosialisasi adalah suatu hal yang merepotkan, menjadi terkenal hanya karena memberikan senyuman kepada semua orang yang kutemui. Sesuatu yang tak kuinginkan malah membesar tak terkira.

"Sudah selesai??? Apakah ada barang lain yang kau cari lagi????"

"Tidak, aku cuma mau beli ini saja. Ayo cari makan dulu sebelum kembali ke apartemen" Ajak Roni

"Apa yang kamu suka????"

"Aku suka.........terserahlah yang penting makan." Kataku

"Baiklah, bagaimana dengan bakso???"

"Yaa....aku suka itu"

Kuingat lagi saat pertama J mengajakku makan bakso setelah pulang dari sekolah. Aku, J, Ev, dan Dwi. Tanpa ada perjanjian terlebih dulu, J mengajakku dan Dwi untuk makan bakso di warung bakso dekat rumahnya. J dan aku , Ev dan Dwi berboncengan berpasangan. Saat itu belum tersebar bahwa aku berpacaran dengan dia, Dwi dan Ev juga bukanlah pasangan. Mereka semua adalah teman sekelasku termasuk J.

Awalnya aku tidaklah suka makan bakso, aku lebih suka mie ayam. Itu kulakukan untuk membuat J senang. Aku juga membujuk Dwi untuk ikut waktu itu. Karena waktu itu memang hanya Dwi yang berada di dekatku.

Hanya satu bangku dengan 4 kursi yang tersedia di warung bakso pilihan J. Cukup untuk kita berempat. Aku dan J saling berhadap-hadapan. Kaki kami bermain di bawah meja. Saling menyentuh dan menggelitik. Temanku tak ada yang tahu sampai J tersenyum dan Ev melihat di bawah meja bahwa kakiku dan kaki J saling bermain.

Kuhentikan seketika saat Ev melihatnya.

"Hayoooo ....ngapain??? Ucap Ev

Kujawab dengan santai bahwa kakiku gatal. Alasan yang terlalu mudah untuk ditebak bahwa itu adalah sebuah kebohongan.

Ev hanya tersenyum mendengar alasan konyolku, J juga begitu. Sedangkan Dwi sibuk dengan hp yang kupinjami untuk bermain game.

Pesanan Empat bakso sudah jadi, bersama empat es teh manis yang terlihat menyegarkan. Kuambil botol saus, kutuangkan di bakso kepunyaanku. Tanpa sepengetahuan diriku J menambahkan sambal yang banyak pada baksoku. Kubalas dengan menambahkan kecap manis yang banyak pada baksonya hingga warna kuahnya berubah menjadi hitam. Tak mau berdiam diri Dwi juga menambahkan lagi sambal pada baksoku. Ev hanya melihat tingkah kita bertiga sambil memegangi bakso miliknya dan mengamankannya dari tangan jahil kita bertiga.

Rasa bakso yang sangat pedas terpaksa kumakan. Hanya kecap manis dan esteh yang bisa meredakan rasa pedas ini. Sudah banyak kutambahkan kecap manis namun tetap saja rasanya pedas. Sedangkan J makan bakso dengan rasa teraneh yang pernah dia makan. Tawaku membuat yang lainnya ikut tertawa. Makanan yang J suka sekarang menjadi makanan dengan rasa yang tak dikenalinya lagi.

"Gimana A???" Tanya roni

"Hmmm.....apa??"

"Gimana mau apa nggak????"

"Maksudnya???"

"Mau apa nggak aku kenalin cewek yang naksir sama kamu???"

"Nggak usah, terimakasih. Aku lebih suka sendiri"

Kumakan bakso yang masih hangat dengan isi telur puyuh di dalamnya, terasa nikmat. Sudah lebih dari sepuluh tahun aku tidak makan bakso. Rasa yang membuatku terkenang akan masa lalu.

"Jadi, apa kau sudah mendapatkan hadiah Valentine dari dia???"

"Dia siapa ya????"

"Tadi kamu bilang, Tina temen kerjamu selalu memberimu hadiah satu Minggu lebih awal sebelum hari Valentine."

"Entahlah, mungkin dia lupa"

Aku berkata pada diriku sendiri dari tadi apa saja yang kuucapkan, aku tak ingat sama sekali???

"Mungkin dia naksir kamu????"

"Tina???? Nggak mungkin lah dia suka sama aku. Aku pernah bilang padanya bahwa aku suka sendiri. Itu kata yang cukup untuk membuatnya menyerah jika dia suka padaku"

"Kamu terlalu tertutup dengan hatimu, cobalah buka sedikit hatimu untuk orang lain"

"Tidak, aku tak akan pernah membukanya lagi. Dulu aku bertekad tidak akan membuka hati ini untuk wanita lain. Akan ku jaga tekad kuat ini sampai mati"

"Apakah dulu kau pernah jatuh cinta pada orang lain???"

"Yaa..., Aku pernah. Sangat mencintainya bahkan. Akan butuh waktu lama jika kuceritkan. Jadi, tidak usah saja."

"Ceritakan dengan singkat saja, lagipula jam kerjaku masih cukup lama"

Baiklah aku akan mulai dengan saat pertama kali bertemu dengannya

Untuk cerita selengkapnya silahkan kunjungi link berikut

Komentar