Waktu itu aku masih seorang pelajar SMA. Cinta adalah suatu kata yang belum kukenal sebelumnya sampai aku bertemu dengan dia. Meskipun hanya sekilas melihatnya aku selalu terbayang dengan wajahnya.
Bukan wanita yang cantik, hanya wanita yang kusukai. Namun terlihat sangat berarti. Awal mula aku bertemu dengannya saat ikut ekskul. Bukan dalam ekskul yang sama. Aku dan dia berada dalam ekskul yang berbeda. Dia ikut PMR, aku ikut Pecinta alam. Tapi, itu hanyalah pertemuan sekali yang mungkin tak pernah terulang.
Setahun berlalu saat aku berjumpa dan melupakannya. Di kelas yang baru tanpa kuduga aku bertemu kembali dengannya. Satu kelas dan di bangku sebelah. Aku sudah lama melupakan karena hatiku beralih ke wanita lainnya. Bahkan lebih cantik dari dia. Meskipun begitu, aku yang tak pernah berani untuk mengungkapkan perasaan tak akan pernah bisa mendapatkan hati wanita yang kusuka. Jadi aku berpikir lagi tentang perasaan ini.
Apa itu cinta???
Tak bisa kujawab pertanyaan mudah itu. Entah mengapa saat melihat dia lagi aku merasakan perasaan yang aneh. Kuberanikan diriku untuk mengungkapkan rasa. Dengan canggung aku berkata padanya.
"Kamu sudah punya pacar???"
"Sudah....."
Jlebbb......
Terlambat, rasa yang seharusnya dulu kuungkapkan kini sudah tak berlaku lagi. Aku menyesali sifat pengecutku waktu itu. Aku menunggu sesuatu yang tidak akan pernah kudapatkan. Sejak saat itu aku tak pernah menunggu lagi sampai sekarang. Kuterapkan prinsip itu dalam hidupku.
"Jangan menunggu, lakukanlah sesuatu"
"Cuma itu saja??? apakah kalian tidak jadian???"
Sebenarnya bukan jadian ataupun pacaran. Bisa dibilang aku adalah perebut pacar orang lain???
"Kenapa bisa begitu???"
Dia sudah mempunyai pacar, meskipun dia bilang sudah putus dengannya. Tapi, tak ada kepastian dari ucapannya itu. Aku bahkan tak benar-benar menjadi pacarnya. Tak ada jawaban pasti saat aku berkata
"Aishiteru"
Dia selalu mengalihkan pembicaraan saat aku berkata begitu. Hubungan yang kujalani begitu rumit. Aku tak tahu status apa yang kujalani dengannya. Teman, pacar, ataupun selingkuhan semua itu berada pada satu garis buram untukku.
"Jadi, bisa dibilang kau belumlah pernah pacaran. Hanya dianggap teman mungkin"
Kemungkinan juga begitu. Aku menyadari sesuatu saat hubunganku dan dia semakin retak dan menjauh. Dia tak pernah sekalipun memanggilku sayang ataupun sesuatu yang biasanya dilakukan orang pacaran. Hanya teman....
Setelah semua yang kulakan untuk membuatnya bahagia dia hanya menganggapku teman. Tak pernah ada kata cinta, sayang, ataupun yang lain keluar dari mulutnya. Hanya teman....teman....temannnn....dan teman....
Meskipun begitu aku masih saja tetap sayang padanya. Aku tak ingin kehilangannya, hanya ingin bersama dengan dirinya. Cinta yang bahkan aku tak tahu pastinya.
"Selama ini hanya kau saja yang terbayang kebahagiaan saat bersamanya. Mungkin selama ini kau dimanfaatkan saja dengannya. Pacar yang dibilangnya tadi sudah putus tak mungkin benar-benar sudah putus."
Ya....aku tau semua itu hanyalah omong kosongnya. Tapi, demi tetap berada di dekatnya aku memformat semua ingatan buruk yang kutahu darinya. Cinta pertama yang membuatku sangat tergila-gila tak peduli akan menyakitiku. Seperti bom waktu yang terus membesar, semakin kuat ledakannya jika kubiarkan. Akhirnya sepuluh tahun yang lalu bom itu meledak, membuat hati yang tak pernah terluka sebelumnya menjadi hancur berantakan. Rasa sakitnya bahkan masih terasa sampai sekarang. Tak bisa kubangun kembali hati yang hancur ini. Hanya kesendirian yang bisa membuatnya aman tak hancur lagi. Akan ku jaga sisa-sisa hati ini agar tak menjadi abu dan hilang.
"Uuhhhh.......... cerita cintamu penuh dengan kepedihan. Selama ini kau hanya diam di tempat tanpa mau mengenal hati yang lain. Jika kau teruskan, itu hanya akan terus menyiksamu"
Aku pikir itu akan cocok denganku. Terus menyiksa diri, agar terhindar dari rasa yang lebih sakit.
"Tak semua yang baru itu sakit, kau mungkin hanya tak pernah mencoba atau mungkin kau takut mencoba"
Kedua-duanya mungkin. Aku hanya mau berhenti, tak ada yang lain meskipun hanya mencoba-coba sesuatu yang tak pasti.
"Ya....itu sih terserah kamu. Saranku sih pilihlah jalan hidup bukan hanya sekedar yang benar-benar kau mau tapi, pilihlah jalan hidup yang terbaik untukmu"
Mendengar saran itu aku mencoba untuk berpikir ulang. Tetap tak bisa kuubah jalan yang dulu pernah ku pilih dengan keteguhan hati. Mungkin jalan yang sudah dipilih ini telah terpatri dan tak bisa diubah lagi.
Kuucapkan terima kasih pada Roni, satu-satunya orang yang berhasil menarikku dari kesendirian. Ada rasa rindu sesaat akan keramaian saat dia mengajakku. Tapi, rasa ingin sendirian ini tetap kuat meneguhkan keyakinan bahwa ini adalah jalanku.
Tepat pukul sembilan malam kami tiba di apartemen. Terlihat ramai sekali di depan pintu masuk. Banyak kerumunan disana. Tanpa kusadari Roni sudah berada di tengah kerumunan. Pembicaraan orang yang tak sengaja kudengar mengatakan ada salah satu penghuni apartemen bunuh diri.
Aku tak memperdulikan hal itu, lewat sela-sela kerumunan orang aku mencari jalan untuk masuk. Masih terlihat mayat dengan ditutup kain merah tergeletak di tanah. Warna merah kain yang disebabkan darah, masih basah. Kucuran darah segar juga mengenai sepatuku.
Aku masuk apartemen meninggalkan semua kerumunan. Rasa yang biasanya kurasakan datang lagi. Rasa ingin menyendiri.
Naik ke atas menggunakan lift. Kupencet tombol 10. Lantai dimana tempat aku tinggal di salah satu ruangannya. Sepi....tak seperti biasanya, mungkin karena adanya kejadian bunuh diri dibawah. Menunggu hingga sampai di lantai yang kutuju, aku melamun menatap pintu lift yang belum terbuka-buka juga. Teringat lagi akan masa-masa itu.
Saat liburan aku dan J naik lift menuju lantai teratas dari mall. Tak ada orang hanya ada kita berdua. Kesempatan yang bagus untuk melepaskan hasratku. Kukumpulkan semua keberanianku dalam sesaat karena waktu yang sangat terbatas.
Cup....
Kucium pipi sebelah kirinya dengan cepat. Itu adalah ciuman pertamaku dengan seorang wanita. Suasana terlihat semakin panas buatku. Detak jantung yang tak pasti membuat darah diseluruh tubuh mengalir bergejolak tak tentu. Tarikan nafasku lebih cepat dari sebelumnya. Suhu tubuh dan mataku terasa panas. Aku takut kalau dia akan marah padaku.
Dia tersenyum kecil dan menunjuk pojok atas lift dengan tangan kanannya.
Kamera cctv.....!!!!
Aku melupakan sesuatu yang penting, kamera cctv itu selalu siap mengawasiku. Aku hanya berharap rekaman itu tidak tersebar internet.
Aku juga lega karena J tak marah padaku. Perasaan yang menakjubkan hanya karena dipicu ciuman. Ingin ku ulangi sekali lagi. Tapi, harus tak terlihat oleh kamera cctv. Dalam waktu singkat karena dorongan keinginan yang kuat aku menemukan cara yang sebenarnya cukup simpel. Kudekati J lebih dekat dari sebelumnya. Dia memandangku dengan muka bertan-tanya.
Hmmm....??? Hanya itu reaksi perkataan dirinya
Kubuka jaket dengan gambar anime di belakangnya. Kututupi kepalaku dan kepala J agar tidak kelihatan kamera cctv.
Satu kali lagi yaaa....???? Pintaku padanya. Tertutupi oleh jaket hitam tebal.
Emmmm.... dengan pertimbangan cukup singkat dia menyetujuinya.
Kucium sekali lagi pipinya.
Cupp......
Terasa nikmat seluruh tubuhku. Hanya karena bersentuhan bisa membuatku melayang. Kubuka jaket yang menutupi kami. Aku tersenyum bahagia, J kurasa juga bahagia tampak dari senyuman manisnya.
Sebelum pintu lift terbuka, tanpa kusadari sebelumnya J mencium pipiku.
Saat itu terjadi entah kenapa diriku tak bisa bergerak, mematung karena keterkejutan itu. Kulirik dia yang melihatku dengan senyuman. Kubuang nafasku yang dari tadi mengganjal. Perasaan menyenangkan itu kembali lagi memenuhi tubuh. Senyuman kita berdua terlihat indah saat keluar dari lift. Rasa curiga dipancarkan orang-orang yang melihat kami. Aku tak peduli, karena perasaan ini menghapuskan semua rasa di sekitarku, bahkan mungkin inderaku.
Cting....bunyi lift membuyarkan lamunanku. Pintu yang dari tadi tertutup kini terbuka lebar. Di depan ada banyak sekumpulan orang yang bergerombol. Garis polisi dipasang sebelum sampai pintu ruangan apartemenku.
Kulihat dari jauh Tina menangis tersedu-sedu.
Kenapa dia ada disini???? Tanyaku dalam hati.
Aku melangkah perlahan mendekatinya, kutepuk pundaknya dengan pelan. Dia menengok dengan wajah yang basah karena air mata, ditariknya lengan kananku dan langsung memelukku.
Komentar
Posting Komentar